Arah Kiblat Shalat - Pakar ilmu falak Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama Republik Indonesia, Slamet Hambali mengimbau kepada masyarakat muslim, khususnya pengurus masjid dan musala untuk kembali mengukur arah kiblat salat pada Jumat (16/7) pukul 16.27 atau 16.28 WIB.
Arah Kiblat - Imbauan ini disampaikan mengingat pada saat itu merupakan cara yang paling mudah untuk mengukur arah kiblat (Kabah). "Alangkah lebih baik jika saat menjalnakan shalat, badannya menghadap tepat ke arah kiblat sebagaimana tuntuntunan Al Quran," ujarnya kepada Tempo, Kamis (15/7).
Pada 16 Juli pukul 16.27- 16.28 WIB, merupakan petunjuk kiblat global, di mana posisi Matahari tepat di atas Kabah dan separuh muka Bumi bisa melihat Matahari. Pada posisi ini, untuk menentukan arah kiblat tidak perlu menggunakan ilmu falak atau astronomi. Cukup dengan mendirikan sesuatu benda di bawah sinar Matahari. Bayang yang muncul dari benda adalah arah kiblat yang tepat. "Masyarakat awam pun bisa melakukannya," kata Slamet.
Posisi ini, lanjut dia, juga terjadi pada hari ini (15/7) dengan waktu yang sama. Saat dihubungi, Slamet sedang melakukan pengukuran arah kiblat di Masjid Agung Demak. Dalam setiap tahun, posisi serupa juga terjadi, hanya tanggal dan bulannya yang berbeda-beda.
Ahmad Daroji, salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah juga menganjurkan hal serupa. Hanya saja, dia lebih menganjurkan hal ini kepada para pengurus masjid dan musala guna menentukan arah kiblat di masjid dan musala masing-masing. "Idealnya memang semua muslim melakukan hal serupa, namun bagi masyarakat awam, tidak perlu dipaksakan," ujarnya.
Arah kiblat menjadi perbincangan setelah Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa Nomor 3/2010 yang menyebutkan arah kiblat sholat orang Indonesia cukup menghadap ke Barat. Belakangan, fatwa tersebut direvisi dengan menyebutkan arah kiblat Indonesia adalah menghadap ke Barat dengan sedikit menyerong ke arah Barat Laut.
Arah Kiblat - Imbauan ini disampaikan mengingat pada saat itu merupakan cara yang paling mudah untuk mengukur arah kiblat (Kabah). "Alangkah lebih baik jika saat menjalnakan shalat, badannya menghadap tepat ke arah kiblat sebagaimana tuntuntunan Al Quran," ujarnya kepada Tempo, Kamis (15/7).
Pada 16 Juli pukul 16.27- 16.28 WIB, merupakan petunjuk kiblat global, di mana posisi Matahari tepat di atas Kabah dan separuh muka Bumi bisa melihat Matahari. Pada posisi ini, untuk menentukan arah kiblat tidak perlu menggunakan ilmu falak atau astronomi. Cukup dengan mendirikan sesuatu benda di bawah sinar Matahari. Bayang yang muncul dari benda adalah arah kiblat yang tepat. "Masyarakat awam pun bisa melakukannya," kata Slamet.
Posisi ini, lanjut dia, juga terjadi pada hari ini (15/7) dengan waktu yang sama. Saat dihubungi, Slamet sedang melakukan pengukuran arah kiblat di Masjid Agung Demak. Dalam setiap tahun, posisi serupa juga terjadi, hanya tanggal dan bulannya yang berbeda-beda.
Ahmad Daroji, salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah juga menganjurkan hal serupa. Hanya saja, dia lebih menganjurkan hal ini kepada para pengurus masjid dan musala guna menentukan arah kiblat di masjid dan musala masing-masing. "Idealnya memang semua muslim melakukan hal serupa, namun bagi masyarakat awam, tidak perlu dipaksakan," ujarnya.
Arah kiblat menjadi perbincangan setelah Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa Nomor 3/2010 yang menyebutkan arah kiblat sholat orang Indonesia cukup menghadap ke Barat. Belakangan, fatwa tersebut direvisi dengan menyebutkan arah kiblat Indonesia adalah menghadap ke Barat dengan sedikit menyerong ke arah Barat Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar